Thursday, April 15, 2010

Asal Mula Indonesia bukan Kerajaan

Republik Pertama di Nusantara - Republik Lan Fang

Republik Lan Fang , demikian namanya yang pernah dibentuk oleh orang orang Hakka dari Kwangtung pada akhir abad ke-18. Republik ini berlangsung selama 107 tahun lamanya dan mencatat 10 presiden yang pernah memimpin di republik yang berlokasi di Kalimantan Barat ini.

Presiden pertamanya adalah Lo Fang Pak, beliau dilahirkan tahun 1738 di Kwangtung, Mei Hsien, Shih Pik Pao pada tahun ke-3 Dynasty Ching saat Raja Chien Long berkuasa. Beliau pernah mempunyai anak dari perkawinannya, namun pada zaman itu tradisi Hakka tidak membawa isteri keluar negeri.

Hijrah ke Kalimantan Barat

Lo Fang Pak mulai bertualang pada usia 34 tahun beliau pergi merantau ke Kalimantan Barat saat ramainya orang mencari emas (Gold Rush). Beliau menyusuri Han Jiang menuju Shantao, sepanjang pesisir Vietnam, dan akhirnya berlabuh di Kalimantan Barat. Ketika itu Sultan Panembahan yang percaya bahwa orang Tionghoa adalah pekerja keras membawa 20 pekerja Tionghoa dari Brunei. Sultan Omar di Singkawang juga mendengar tentang ketekunan orang Tionghoa memanfaatkannya melalui sistem kontrak lahan kepada orang Tionghoa guna membuka kawasannya.

Ketika Lo Fang Pak sampai di Kalimantan Barat, Belanda belum secara agresif merambah ke Kalimantan. Di pesisiran banyak didiami orang Jawa dan Bugis, yang mana daerah ini dikuasai oleh Sultan, dan bagian pedalaman didiami oleh orang Dayak, kendati batas teritorialnya tidak jelas.

Lan Fang Kongsi

Pada permulaan tahun 1740, jumlah orang Tionghoa hanya beberapa puluh saja disana. Pada tahun 1770 orang Tionghoa disana sudah mencapai 20.000 orang. Mereka berdatangan berdasarkan pertalian saudara, sekampung halaman , atau sesama kumpulan. Kelompok Tionghoa ini membentuk Kongsi (perusahaan) untuk melindungi mereka. Lo Fang Pak diangkat menjadi ketua.

Pada tahun 1776, 14 Kongsi di satukan membentuk He Soon 14 Kongsi guna menjaga kesatuan dari ancaman persengketaan antar kumpulan, daerah asal, dan darah. Pada saat itu Lo Fang Pak mendirikan Lan Fang Kongsi, kemudian menyatukan semua orang golongan Hakka di daerah yang dinamakan San Shin Cing Fu (danau gunung berhati emas), dan mendirikan kota Mem-Tau-Er sebagai markas besar dari group perusahaannya.

Berdirinya Republik Lan Fang

Lo Fang Pak mendirikan pemerintahan, dengan mengambil nama dari perusahaannya. Pada tahun 1777 berdirilah Republik Lan Fang, 10 tahun lebih awal dari Amerika Serikat (1787). Ketika itu banyak orang meminta Lo Fang Pak menjadi Sultan (monarki), tapi beliau menolak dan tetap menempatkan dirinya sebagai Presiden dalam pemerintahan yang bersistem republik, dan presidensil.

Zaman keemasan

Lo Fang Pak dalam masa pemerintahannya telah menjalankan system perpajakan, dan mempunyai kitab undang undang hukum, menyelenggarakan system pertanian dan pertambangan yang terarah, membangun jaringan transportasi, dan mengusahakan ketahan ekonomi berdikari lengkap dengan perbankannya. Sistem pendidikan tetap diperhatikan bahkan semakin dikembangkan, seperti diketahui bahwa Lo Fang Pak sendiri asalnya memang seorang guru.

Republik Lan Fang bukan hanya disegani kekuatan militernya tapi juga keahlian mereka dalam mengusir buaya di kawasan muara kapuas. Ini membuat para bumiputera dan hoakiau menaruh hormat kepada Presiden Lo Fang Pak.

Kun Tien atau lazimnya disebut Pontianak sekarang yang mana terletak di muara sungai Kapuas merupakan daerah niaga yang di kuasai oleh Sultan Abdulrachman. Sedangkan hulu sungai Kapuas di pegang oleh Kelompok Dayak. Kesultanan yang berbatasan dengan Kun Tien adalah Mempawah. Sultan Kun Tien mencoba membangun istana agak ke hulu sungai yang mana dekat dengan perbatasan Kesultanan Mempawah dan ini memicu perang antara kedua kesultanan. Dalam perang ini (1794) Sultan Kun Tien dibantu oleh Lan Fang Kongsi karena kedekatan diantara mereka.

Sultan Mempawah kalah dalam perang lalu bergabung dengan Dayak dan melakukan serangan balasan. Lo Fang Pak kembali mematahkan kekuatan Sultan Mempawah, malah kali ini Sultan Mempawah didesak terus ke utara sampai Singkawang, kemudian berakhir dengan Sultan Singkawang dan Sultan Mempawah menandatangani perjanjian perdamaian dengan Lo Fang Pak. Segera setelah kejadian itu popularitas Lo Fang Pak melesat dramatis, ketika itu beliau berusia 57 tahun.

Setelah itu, rakyat, dan orang Tionghoa didaerah itu bergabung dengan Lo Fang Pak untuk mencari perlindungan, dan Sultan Kun Tien menyadari bahwa dia tidak sanggup melawan kekuatan militer Lo Fang Pak, maka Sultan sendiri meminta perlindungan dari Lo Fang Pak. Presiden Lo Fang Pak wafat pada tahun 1795, beliau sempat tinggal di Borneo selama lebih dari 20 tahun.

Tahun tahun terakhir Lan Fang

Pada saat republik Lan Fang berusia 47 tahun semasa kekuasaan president yang ke-5, Liew tai Er, Belanda mulai menjalankan ekspansinya di Indonesia dan mulai masuk ke Tenggara Borneo. Lama kelamaan Lan Fang kehilangan hak otonomi-nya, dan mulai menjadi bagian dari Hindia Belanda.

Kemudian Belanda membuka kantor kolonialnya di Kun Tien dan mencampuri urusan Republik Lan Fang. Pada tahun 1884, Singkawang yang menolak dijajah oleh Belanda, mendapat serangan dari Belanda dan Belanda akhirnya menduduki Lan fang Kongsi (1885). Lan Fang sempat bertahan dan melawan selama 4 tahun, namun berakhir dengan kekalahan dan orang orangnya melarikan diri ke Sumatra.

Takut akan reaksi keras dari pemerintahan Ching di Tiongkok, menyebabkan Belanda tidak pernah menyatakan menguasai Lan Fang, maka dibiarkan salah satu dari keturunan Lan Fang menjadi pemimpin disana. Baru setelah terbentuknya Republik of China (Cung Hwa Ming Kuok) 1911, maka pada tahun 1912 Belanda secara resmi menyatakan menguasai daerah itu.

Orang orang Lan Fang yang lari ke Sumatra bergabung lagi di Medan. Dari sana mereka menyebar ke Kuala Lumpur dan Singapura. Salah seorang dari keturunannya adalah Lee Kuan Yew. Hakka adalah kelompok minoritas di Singapura, namun orang Hakka memainkan peran penting dalam mendirikan Lan Fang Kongsi yang kedua di Singapura.

Rekaman sejarah

Dari catatan sejarah Ching Dynasty, tercatat sbb: “ ada suatu tempat dimana orang Ka Yin (dari daerah Mei Hsien), menambang emas, membangun jalan, mendirikan negaranya, setiap tahun kapal-kapal niaga-nya berlabuh di Guang Zhou dan Chao Zhou. Dari catatan sejarah Lan Fang Kongsi diketahui mereka setiap tahunnya melakukan kunjungan kehormatan dengan armada dagangnya kepada Dinasti Ching, seperti yang dilakukan juga oleh Annan (Vietnam)”.

Ibu kotanya adalah Che Wan Li. Presiden The Ta Tang (Chon Chang) terpilih melalui pemilu. Kedua presiden dan wakilnya dari Hakka dari Ka Yin dan daerah Ta Pu. Benderanya empat persegi panjang berwarna kuning dengan lambang dan kata kata Lan Fang Ta Tong Chi. Panji kepresidenan berbentuk segi tiga berwarna kuning dengan kata Chuao (Jenderal). Pejabat tingginya berpakaian ala Tiongkok kuno, sedangkan yang berpangkat lebih rendah mengenakan pakaian ala barat.

Kabarnya di Pontianak ada prasasti kenangan yang dibuat untuk beliau, juga di Mei Shien Tiongkok ada prasasti sejenis disebuah sekolah yang dinamakan San Mei Pei Cung Shueh.

---------------------------------------------

Disadur kembali oleh: Dr.Irawan/Dr.Frits Hong

source : Indonesia Media Online

No comments:

Post a Comment